Makanan yang Dibakar Bisa Tingkatkan Risiko Kanker, Benarkah?
Mengonsumsi makanan yang diolah dengan cara deep fried atau digoreng dengan minyak yang berlebih berbahaya.
Kandungan minyaknya bisa masuk ke makanan dan meningkatkan risiko kegemukan dan juga masalah kardiovaskular lainnya.
Baca Juga: Penyebab Kanker Kambuh dan Cara Mengatasinya dengan Tepat
Salah satu solusi dari proses menggoreng adalah dengan membakarnya di atas api / arang. Sayangnya, prosedur ini dianggap berbahaya karena bisa memicu munculnya kanker pada tubuh.
Nah, benarkah makanan yang dibakar bisa menyebabkan kanker pada tubuh? Lalu jenis bahan makanan apa saja yang bisa menyebabkan kondisi ini? Simak penjelasannya di bawah ini.
Bahan Makanan yang Berbahaya Saat Dibakar
Tidak semua bahan makanan yang dibakar akan menghasilkan zat karsinogenik yang bisa menyebabkan sel tubuh mengalami mutasi. Sayuran dan jenis protein nabati serta buah aman dikonsumsi setelah dibakar dengan suhu tinggi.
Yang harus diperhatikan dengan baik adalah bahan makanan yang berasal dari daging merah seperti daging sapi, kambing, domba, dan pork. Selanjutnya ayam juga bisa dimasukkan ke bahan yang bisa menghasilkan bahan dengan sifat karsinogen.
Apabila Anda sering mengolah makanan berbahan daging merah dengan cara dibakar, ada baiknya untuk segera mengurangi. Selama jumlahnya tidak banyak sepertinya tidak akan jadi masalah.
Bagaimana Daging Memicu Kanker Saat Dibakar?
Berdasarkan studi yang dilakukan pada tahun 2009 silam, mengolah daging merah dan ayam dengan cara dibakar atau grill bisa meningkatkan risiko kanker di tubuh. Semua jenis kanker bisa muncul kalau sel dari organ bermutasi.
Masalah utama dari daging dan ayam yang dibakar adalah hadirnya substansi bernama karsinogen. Zat ini bisa menyebabkan kanker di tubuh dan muncul melalui proses pembakaran yang salah.
Saat membakar daging, senyawa bernama asam amino, kreatin, dan gula akan ikut hangus akibat suhu tinggi. Saat terbakar, zat itu akan berubah menjadi substansi karsinogenik bernama Heterocyclic Amines (HA).
Senyawa heterocyclic amines biasanya muncul saat daging merah dan ayam dibakar dengan suhu yang sangat tinggi. Hal senada juga berlaku kalau digoreng dengan suhu di atas 150 derajat C. Intinya, selama ada suhu tinggi HA bisa muncul.
Selain HA ada zat karsinogen lain yang bisa muncul saat dibakar, zat itu bernama polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH). Zat ini bisa muncul kalau cairan dari daging mengenai arang dan membentuk asap beraroma ke atas dan menempel di daging.
Baik HA atau PAH sama-sama bersifat mutagenic. Zat ini mampu mengubah sel menjadi berbeda dari kondisi awal. Hal ini bisa menyebabkan tumbuhnya sel asing termasuk kanker yang sulit dikendalikan.
Mengurangi Karsinogen di Daging
Kalau membakar daging bisa menyebabkan terjadinya kanker, apa yang harus dilakukan? Apakah tidak ada cara lain untuk bisa mengonsumsi aman dengan cara dibakar? Jawabannya adalah ada, simak beberapa tips di bawah ini.
- Melakukan marinasi pada daging
Anda tidak disarankan untuk menggunakan daging mentah yang langsung dibakar begitu saja. Disarankan, daging yang akan dibakar dibumbui lalu dimarinasi selama minimal 20 menit.
Dengan balutan bumbu, risiko terbentuknya HA bisa dicegah. Jadi, saat dimakan, sel karsinogen yang berbahaya tidak ikut masuk ke tubuh dan menyebabkan abnormalitas.
- Memasak dengan suhu rendah
Seperti yang sudah dikatakan, memasak dengan suhu di atas 150 derajat Celcius bisa memunculkan sel karsinogenik. Kalau suhu dibuat lebih rendah, risikonya akan mengalami penurunan.
Kekurangan dari memasak dengan suhu rendah adalah lama matangnya. Namun, bisa mencegah masuknya sel karsinogen. Selalu cek temperatur pada daging.
- Hindari kontak langsung api dengan daging
Cara membakar yang tepat adalah menghindari kontak langsung antara api dan daging. Sebelum memulai untuk membakar, ada baiknya untuk mematikan apinya dahulu sehingga tersisa baranya saja.
Kalau api sulit dipadamkan, Anda bisa menggunakan kipas untuk membuatnya mati. Selain itu, bisa menggunakan alat lain agar tersisa arang yang membara dan memancarkan panas.
- Meninggikan panggangan daging
Apabila tidak bisa mematikan api secara langsung, ada baiknya untuk meningkatkan jarak antara daging dan juga api. Caranya dengan menaikkan panggangan agar panas saja yang diterima oleh daging.
Rutin bolak-balik dagingnya agar matang sempurna dan menghindari salah satu sisi mendapatkan suhu terlalu tinggi. Hindari juga memanggang kalau terbentuk asap terlalu banyak.
- Tidak menggunakan lemak
Tidak bisa dimungkiri lagi kalau lemak memang memberikan aroma yang sedap ke daging. Namun, bagian ini mudah mencair dan akhirnya jatuh mengenai arang yang ada di bawah.
Kalau jatuh di arang dan menyebabkan terbentuknya asap, aroma akan naik dan menempel di daging. Kondisi ini bisa menaikkan jumlah PAH yang juga merupakan substansi karsinogen.
- Memilih arang yang tepat
Dari berbagai jenis arang yang bisa digunakan, jenis yang berasal dari cangkang kelapa sangat disarankan. Dari penelitian yang dilakukan, kandungan HA dan PAH ke daging semakin menurun.
Kalau tidak ada arang yang berasal dari tempurung kelapa, ada baiknya untuk memilih yang minim berasap. Dengan begitu, risiko mendapatkan substansi PAH ke daging rendah.
Membatasi Daging untuk Mengurangi Resiko Kanker
Selain masalah dibakar dan kemunculan HA dan PAH, ternyata daging merah sendiri juga berhubungan dengan risiko kanker pada tubuh khususnya kolorektal. Mengonsumsi daging merah dengan jumlah banyak bisa memicu sel kanker muncul.
Kondisi ini bisa semakin parah kalau daging yang dikonsumsi merupakan jenis olahan. Mengapa? Karena daging olahan banyak menggunakan bahan pengawet yang bisa memicu munculnya resiko kanker.
Untuk itu, batasi konsumsi daging merah baik yang jenis segar atau olahan. Kalau ingin mengonsumsinya, ada rekomendasi dalam sehari 90 gram saja. Untuk mencukupi kebutuh protein bisa menggunakan jenis nabati.
***
Makanan yang dibakar sebenarnya aman saja selama bukan jenis daging merah atau ayam. Berbagai jenis sayuran atau sumber protein nabati bisa dibakar untuk mengurangi dampak buruk dari penggunaan minyak yang berlemak.
Sebagai langkah pencegahan, kita perlu melakukan medical check up secara berkala untuk mengetahui kondisi Medis / kesehatan sekaligus mendeteksi suatu penyakit sejak dini.
Baca Juga: 6 Manfaat Medical Check Up yang Perlu Anda Ketahui
Semakin cepat suatu penyakit terdeteksi, maka semakin cepat pula penanganan medis yang dapat diberikan, sehingga peluang kesembuhan menjadi jauh lebih meningkat.
Dalam kasus-kasus penyakit kritis seperti Kanker atau Jantung, diagnosis sejak dini dapat mencegah penyakit berlanjut ke tahap yang serius akibat dari gaya hidup buruk terus menerus dijalani.
Anda bisa memilih paket Medical Check Up di Rumah Sakit Terbaik di Malaysia salah satunya di rumah sakit Mahkota Medical Centre atau Regency Specialist Hospital.
Jika terdapat gejala kanker dan diperlukan rawatan lebih lanjut, anda dapat konsultasi dengan dokter Spesialis Radiologi & Onkologi untuk pemeriksaan & perawatan pasien yang didiagnosis menderita kanker.
Layanan Kami
MahkotaRegency.ID merupakan Website Resmi Kantor Perwakilan Rumah Sakit Mahkota Medical Centre & Regency Specialist Hospital di Indonesia.
Berikut Adalah Layanan yang Dapat Kami Berikan:
- Informasi lengkap tentang Rumah Sakit
- Rekomendasi Dokter Spesialis & Jadwal Dokter
- Informasi Estimasi Biaya untuk berbagai tindakan medis
- Pengurusan temu janji (Appointment)
- Pengurusan akomodasi & transportasi
- Pengurusan klaim (Medical Record, Keperluan asuransi, dll)
- Telekonsultasi dengan Dokter Spesialis Terbaik Malaysia
- Pemesanan Obat di Farmasi Rumah Sakit Malaysia
- Evakuasi Medis
- Pengaturan dan pemesan transportasi selama situasi Covid-19 sepert jet charter, air ambulance, dan ferry charter
- Pengurusan ijin MHTC
Info Lebih Lanjut:
Perwakilan Resmi (ARO) Rumah Sakit Malaysia
Alamat : JL. Baratajaya XIX No.31C, Gubeng, Kota Surabaya
24 hours Call Centre : 0838-3002-8050
E-mail : mmcsurabayaoffice@gmail.comWebsite: www.mahkotaregency.id